Monday, February 19, 2007
Bagaimana Rasanya...???

Bagaimana rasanya ketika kamu melihat sebuah kehancuran situs sejarah seperti ini...???


Atau ini....


Tetapi, melalui acara wisata sejarah bersama, paling tidak kita jadi tahu seperti apa bentuk dan fungsinya gedung ini di masa lalu...


Walaupun tetap ada rasa prihatin, jika kita bersama menyaksikan sisa kehancuran ini...


Padahal masih banyak gedung-gedung tua yang cantik peninggalan Old Batavia kokoh berdiri hingga sekarang, seperti ini...

Ataupun ini...


Atau juga ini...

Akankah gedung-gedung tua itu bernasib sama, hancur termakan usia karena tak ada jaminan preservasi ???

Mari kita renungkan bersama bagaimana langkah selanjutnya supaya anak-cucu kita tetap mengenal sejarah bangsanya...


si doyan jalan foot step on 6:03 PM.
2 comments




Jakarta Trail Edisi Imlek

Sabtu, 17 Februari kemarin, saya ikut tour sejarah Jakarta Trail ke kawasan Pecinan di Petak Sembilan Jakarta, bersama teman-teman dari Komunitas Historia. Acaranya seru dan mengasyikkan! Kebetulan saat itu salah satu nara sumbernya adalah Bpk. Alwi Shahab, ahli sejarah Betawi. Rute wisata pagi itu bermula dari depan kantor Pos Fatahilah, para peserta berjalan kaki menuju gedung Cipta Niaga, kemudian ke kawasan Kali Besar melewati Toko Merah. Dari Kali Besar, perjalanan dilanjutkan menuju kawasan Petak Sembilan, khususnya daerah Toa Se Bio atau yang lebih dikenal dengan Jalan Kemenangan III.


Menikmati suasana Imlek di Toa Se Bio

Suasana Imlek sangat terasa kemeriahannya saat saya dan rombongan memasuki kawasan Toa Se Bio atau sekarang dikenal dengan Jalan Kemenangan III, di daerah Petak Sembilan Jakarta. Di sudut-sudut jalan, terutama dekat Klenteng, deretan-deretan lampion merah tergantung rapi berjajar.

Dan akhirnya keinginan saya untuk menjelajah dan mengetahui kegiatan di dalam Klenteng kesampaian juga. Tujuan pertama yaitu mengunjungi Klenteng Toa Se Bio. Waah, ternyata indah sekali benda-benda yang ada didalamnya. Saya pun mengagumi bentuk Klenteng yg sangat khas dan penuh sejarah tentunya!



Setelah puas menjelajah ke dalam Klenteng Toa Se Bio, saya pun melanjutkan berjalan kaki mengunjungi Gereja Katolik Santa Maria De Fatima, masih di jalan yang sama. Konon menurut sejarahnya, gereja ini merupakan satu-satunya gereja tua di Jakarta yang memiliki ornamen-ornamen bertuliskan aksara Tionghoa. Terlihat begitu kentalnya percampuran kebudayaan melalui ornamen-ornamen peninggalan bersejarah tersebut.

Tak lupa, saya pun menyempatkan diri berfoto di dekat patung Bunda Maria di Gereja tersebut. Hummm... siapa tahu sifat Bunda Maria yang penyabar dan penyayang bisa menular juga ke diri saya, hehehe =)

Di pelataran gereja, saya dan teman sekelompok juga sempat berfoto bersama, termasuk juga guide kelompok kami mas Wagi. Karena sudah beberapa kali ikut tour bersama, kami menamakan kelompok ini gank "Histeria"...hehehe =)


Wihara Dharma Bhakti

Ternyata di ujung jalan Kemenangan III menuju pertokoan Glodok, masih terdapat sebuah Wihara, namanya Wihara Dharma Bhakti. Wihara ini merupakan wihara tertua dan terluas di Jakarta. Konon menurut sejarahnya, wihara ini pernah ikut dihancurkan pada masa genocide etnis Tionghoa di Batavia sekitar tahun 1700-an.


Menjelang hari raya Imlek, di pelataran wihara ini banyak terlihat kaum papa/ fakir miskin yang mengharap rejeki atau ang pao dari para jemaat yang datang bersembahyang. Siang itu pun kegiatan di wihara terlihat sangat ramai, banyak jemaat berlalu lalang untuk bersembahyang dan juga petugas wihara yang sibuk menata lilin-lilin merah berukuran besar didalam wihara.

Saya pun tidak menyia-siakan kesempatan untuk menjelajah wihara hingga ke area dalamnya. Lagi-lagi saya terkagum-kagum dengan berbagai ornamen cantik berwarna merah menyala berpadu emas.

Menuju Museum Bank Mandiri (MBM) dan Museum Bank Indonesia (MBI) yang baru

Selesai menyusuri kawasan Pecinan dan menikmati suasana imlek disana, saya dan rombongan kembali berjalan kaki menuju Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia yang berada di seberang Stasiun Kota (Beos). Kedua museum ini tergolong museum yang baru direnovasi dan tentunya menambah daftar situs sejarah yang ada di kota tua Batavia ini. Saya terkesan saat mengunjungi Museum Bank Indonesia yang sangat bagus juga modern untuk ukuran sebuah museum di Jakarta. Di museum ini, pengunjung bisa belajar mengenai sejarah perkembangan dunia perbankan dan perekonomian di Indonesia secara interaktif, melalui display dan peralatan yang cukup modern dan menarik. Mungkin hal tersebut dapat dijadikan contoh bagi proyek pembaharuan cagar budaya khususnya museum yang ada di Jakarta ataupun Indonesia.

Pertunjukkan Barongsai di penghujung acara

Puncak acara siang itu pun berakhir di Xpose Cafe, Gedung Pos Indonesia Fatahilah. Semua peserta berkumpul bersama untuk menikmati makan siang dan sedikit acara bincang-bincang santai dengan Pihak penyelengara, antara lain perwakilan PT Pos Indonesia, Asep Kambali sebagai Ketua komunitas Historia, dan Bpk. Suma, peneliti sejarah dan budaya Tionghoa di Indonesia.

Setelah makan siang bersama, acara ditutup dengan pertunjukkan Barongsai di halaman gedung Pos Indonesia Fatahilah.



Hari itu benar-benar perjalanan yang menyenangkan. Rasa ingin tahu saya akan situs sejarah di wilayah Pecinan kesampaian juga. Lumayan untuk menambah wawasan dan kecintaan saya terhadap peninggalan sejarah dan warisan kebudayaan nenek moyang bangsa ini. Dengan demikian saya pun bisa lebih toleran terhadap perbedaan budaya yang ada, dan merasakannya sebagai sesuatu yang indah.

Gong Xi Fat Cai... Selamat Tahun Baru Imlek bagi yang merayakan, semoga di tahun babi api ini semuanya bisa menjadi lebih baik lagi dan selalu damai di negeri ini =)


si doyan jalan foot step on 2:09 PM.
0 comments