Saturday, October 06, 2007
One Day Backpacking: Menjelajah ke Kepulauan Seribu

Sabtu minggu lalu, 29 September 2007, saya dan beberapa teman milis Indobackpacker (IBP) Jakarta melakukan perjalanan ke Kepulauan Seribu. Kami bertujuh berangkat kesana sebagai tim advance untuk survey lokasi kegiatan yang akan kami adakan di awal November mendatang, yaitu
Jakarta Journey II, IBP Jakarta: Exploring Muara Angke dan Pulau Seribu.
Sabtu pagi itu, sekitar jam 06.00 wib kami awali dengan berkumpul bersama di depan Mal Ciputra, dan kemudian melakukan perjalanan menuju Muara Angke dengan angkutan kota. Sesampainya di Muara Angke, ternyata kami terlambat beberapa menit. Kapal klotok yang akan kami tumpangi baru saja meninggalkan dermaga. Namun, dewi keberuntungan ternyata menyertai perjalanan kami di pagi itu. Kapal klotok tersebut tenyata masih sangat dekat dan terlihat dari dermaga. Beberapa awak kapal lain yang ada di dermaga berupaya memanggil dan memberi tanda ke kapal yang akan kami tumpangi tersebut. Hasilnya, kapal itu pun bersedia kembali ke dermaga untuk mengangkut kami. Sang juru mudi yang baik hati pun dengan semangat mengangkut kami, kebetulan saat itu penumpang kapal memang tidak banyak, sehingga ia dengan senang hati menjemput kami kembali ke dermaga.
”Exciting” itu yang saya rasakan. Duduk lesehan di dalam kapal klotok bersama teman-teman, di dekat juru mudi yang asyik mengemudikan kapal, menikmati angin laut yang berhembus tenang.

Kami pun mengobrol dengan sang juru mudi sepanjang perjalanan. Oya, tujuan kami hari itu adalah Pulau Untung Jawa. Dan kapal yang kami tumpangi itu menuju Pulau Tidung, namun transit di Untung Jawa. Beberapa teman saya memilih duduk dibagian atas kapal dan juga di sisi kiri-kanan kapal, sambil asyik menikmati dan memotret view serta hal-hal menarik lainnya yang memikat pandangan mata. Mereka memang penggemar fotografi.
Perjalanan yang kami tempuh dari Muara Angke menuju Pulau Untung Jawa memakan waktu sekitar satu jam. Dalam perjalanan menuju Pulau Untung Jawa, kami melewati beberapa gugus Kepulauan Seribu yang masih cukup dekat dengan pantai Jakarta, seperti Pulau Bidadari dan Pulau Onrust yang dari kejauhan menampakkan reruntuhan sisa-sisa benteng dan bangunan lainnya peninggalan kolonial.

Ternyata luas Pulau Onrust tidak seluas yang saya bayangkan. Mungkin dalam beberapa menit saja, saya sudah bisa menjelajahinya. Sayangnya, laut di sekitar pulau-pulau itu masih tercemar sampah kota Jakarta. Sepanjang perjalanan yang saya lalui, tidak jarang saya menemui sampah plastik atau sisa makanan instan yang terbawa arus dari pantai Jakarta menuju ke perairan Kepulauan Seribu. Amat disayangkan...
Setelah satu jam naik kapal klotok, tibalah kami di Pulau Untung Jawa. Dermaga di pulau itu cukup ramai, karena Pulau Untung Jawa adalah pulau yang berpenduduk. Selain kapal klotok yang mengangkut kami, terdapat pula beberapa kapal motor yang lebih terbuka untuk mengangkut penduduk Untung Jawa menuju Tanjung Pasir, Tangerang, yang memang berjarak lebih dekat, dan bisa ditempuh hanya dalam waktu setengah jam saja.

Sebelum memasuki area Pulau Untung Jawa, kami harus membayar tiket masuk ke pulau sebesar tiga ribu rupiah. Setelah membayar, kami pun melanjutkan penjelajahan. Kedatangan kami disambut oleh jejeran penginapan/ homestay yang berbaris rapi di sepanjang pantai dekat dermaga Untung Jawa. Tanpa membuang waktu, kami mulai melakukan survey, mencari penginapan yang layak untuk kami gunakan, serta beberapa informasi penting lainnya untuk kegiatan kami nanti. Karena hari itu matahari cukup terik, dan kami pun sedang berpuasa, kami memutuskan untuk menyewa sepeda berkeliling pulau demi menghemat tenaga. Betapa seru dan asyiknya bersepeda keliling pulau, melewati jejeran homestay, kafetaria, melintas di atas pasir pantai, melewati hutan mangrove, ditemani hangat matahari dan hembusan angin laut.
Setelah mendapatkan banyak informasi dan
contact person yang mudah kami hubungi, sambil menunggu waktu pulang, kami menyempatkan diri menyebrang dan juga survey ke Pulau Rambut. Dengan menyewa kapal penumpang jurusan Untung Jawa – Tanjung Pasir, kami transit ke Pulau Rambut, yang jaraknya sangat dekat dengan Untung Jawa.

Pulau Rambut adalah pulau yang tidak dihuni oleh manusia, karena Pulau Rambut merupakan suaka marga satwa bagi hewan-hewan yang dilindungi. Untuk masuk kesana, pengunjung wajib menunjukkan Surat Ijin masuk kawasan yang dikeluarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kepuluan Seribu. Hari itu, kami belum membawa suratnya, namun berkat bantuan seorang contact person di Untung Jawa, kami diijinkan dan berhasil masuk menjelajah ke dalam pulau.
”Ngeri” itu yang pertama saya rasakan saat memasuki hutan di Pulau Rambut. Kami ditemani oleh seorang jagawana untuk melakukan trekking melalui jalan setapak yang membelah kerindangan hutan. Tujuan kami adalah menara pandang Pulau Rambut yang berada di tengah-tengah pulau. Di sepanjang jalan menuju menara, kami bisa melihat secara jelas biawak besar yang hidup bebas di area hutan Pulau Rambut.

Banyak juga lubang-lubang ular yang sempat kami lihat di sepanjang jalan setapak. Di atas pohon-pohon yang menjulang tinggi, ribuan kalelawar dan ribuan jenis burung bebas hinggap dan beterbangan sambil mengeluarkan suara-suara mereka yang cukup memekakkan telinga. Pohon-pohon dan tanaman di Pulau Rambut juga banyak yang merupakan pohon berusia tua dan jenis langka. Saat memasuki sebuah area dengan petunjuk jalan yang terbaca ”Ular Cincin Mas”, saya sempat deg-degan. Maklum saja, karena saya sangat takut dengan binatang melata yang satu ini: Ular. Sang jagawana dengan semangat ingin menunjukkan ular-ular tersebut, tapi dengan berat hati saya menolaknya. Kemudian Sang jagawana sempat mengingatkan kami untuk berhati-hati, karena ular-ular itu suka hinggap di dahan-dahan dan ranting pohon di sepanjang jalur trekking yang kami lalui. Untunglah, siang itu tak ada satupun ular yang saya temui, atau mungkin memang saya yang tidak menyadarinya.
Setelah hampir 30 menit melakukan trekking, kami pun sampai di menara pandang. Menara ini tingginya 20 meter. Untuk sampai di puncak menara, kami harus naik anak-anak tangga yang jumlahnya banyak. Satu lagi tantangan untuk saya: Menaklukan fobia ketinggian. Awal menaiki anak-anak tangga menara, saya sempat deg-degan, tetapi saya berusaha untuk tidak menatap ke bawah. Pandangan saya selalu saya arahkan ke atas, dan akhirnya sampai juga saya dan teman-teman di puncak menara.

Wow... benar-benar indah! Berada di puncak menara serasa berada disebuah negeri antah berantah. Saya bisa melihat dengan leluasa kerindangan hutan Pulau Rambut, puluhan bahkan ratusan bangau laut cantik berwarna putih, burung belibis, dan jenis burung lainnya yang bebas hinggap dan terbang di pucuk-pucuk pepohonan.

Sejauh mata memandang, terlihat lautan luas berwarna biru dan hijau tosca, dengan perahu-perahu nelayan berlayar diatasnya, pasir pantai yang putih, ujung Pulau Untung Jawa, dan juga samar-samar tampak gugusan kepulauan lainnya.

Saya menikmati pemandangan yang sangat indah itu, dalam hati saya pun mengagumi dan mensyukuri kebesaran Sang Pencipta dalam melukis alam ini. Hidup ini benar-benar indah! Sayangnya, hari itu saya belum diperkenankan bertemu dengan Elang Bondol yang menjadi maskot Jakarta, jagawana bercerita bahwa komunitas Elang Bondol saat itu sedang bermigrasi ke pulau lain. Semoga saja di lain waktu saya bisa bertemu dan melihat dengan nyata Si Elang Bondol ini.
Puas melakukan birdwatching dan menikmati keindahan pemandangan dari atas menara, kami pun kembali turun dan trekking ke area luar pulau. Saat itu, kami lagi-lagi bertemu dengan biawak besar yang sedang berjalan membelakangi kami. Di sisi lainnya, kami melihat biawak kecil, kemungkinan itu anaknya. Agak khawatir juga berada hanya beberapa meter dari biawak besar itu, namun karena ditemani jagawana, saya bisa melawan rasa khawatir itu.
Tidak lama, kami pun sampai di luar pulau. Kami masih harus menunggu kapal yang akan menjemput kami kembali ke Pulau Untung Jawa. Sambil menunggu, kami sempat berfoto dan juga berleyeh-leyeh di pinggir pantai menikmati angin laut serta pemandangan kapal nelayan yang hilir mudik berlayar sambil menjala ikan.

Kapal yang menjemput kami pun tiba. Kami kembali menyebrang menuju Untung Jawa.
Sesampainya di Pulau Untung Jawa, kami kembali sejenak menyusuri pinggir pulau sambil melihat-lihat penginapan lainnya yang belum sempat kami jajaki. Tidak lama, waktu sudah menunjukkan jam 14.30 wib, pertanda kami harus bersiap-siap di dermaga untuk menanti kapal klotok yang menuju Muara Angke.
Ternyata kapal klotok dari arah Pulau Pramuka baru terlihat jam 15.30 wib, kami pun perlu untuk melambai-lambaikan tangan memberi tanda bahwa ada penumpang yang akan ikut menumpang ke Muara Angke. Dengan semangat, kami bertujuh melambai-lambaikan tangan di pinggir dermaga sampai kapal klotok itu berbalik arah menuju ke Pulau Untung Jawa untuk mengangkut kami.

Kembali kami lakukan perjalanan dengan kapal klotok menuju Muara Angke. Karena kelelahan serta tertiup hembusan angin laut yang sepoi-sepoi, dan juga gerakan kapal yang terombang-ambing bagai terbuai ombak laut, kami pun mengantuk dan sempat tertidur di dalam kapal sepanjang perjalanan. Kali ini perjalanan pulang kami tempuh sedikit lebih cepat dari sebelumnya, yaitu sekitar 45 menit.

Tiba lah kami di pelabuhan Muara Angke. Ternyata sore itu keadaan pelabuhan sangat ramai dan dermaga pun dipenuhi oleh jejeran kapal-kapal nelayan yang baru tiba dari melaut. Lagi-lagi beberapa teman saya asyik mengambil gambar keadaan sore itu di Muara Angke. Dan sebelum beranjak meninggalkan Muara Angke, kami menyempatkan diri untuk sejenak melakukan sholat dan membersihkan diri di toilet umum dan musholla terdekat.
Setelah itu, kami kembali melakukan perjalanan dengan angkutan kota ke terminal Grogol untuk kemudian melanjutkan pertemuan kami sambil berbuka puasa di Plaza Semanggi.
Sabtu itu benar-benar hari yang menyenangkan! Banyak hal-hal menarik, wawasan, dan pengalaman baru yang saya dapatkan dari perjalanan sehari itu. Di lain waktu, saya ingin kembali menjelajah ke Kepulauan Seribu sambil mencoba ber-snorkling ria menikmati keindahan bawah lautnya.
What a wonderful life!
si doyan jalan foot step on 9:23 PM.
